
Cahaya Al-Qur’an Hingga Pelosok Nagari: Mushaf untuk Santri Kambang dari LAZ Risalah Charity
Pesisir Selatan — Langkah kaki LAZ Risalah Charity kembali menapaki wilayah pelosok Sumatera Barat. Pada Rabu (9/7), lembaga zakat ini menyalurkan mushaf Al-Qur’an ke TPA/TPSA Masjid Baiturrahman, Panting Juar, Kampung Tebing Tinggi, Nagari Kambang Barat, Kecamatan Lengayang, Kabupaten Pesisir Selatan.
Dalam lanskap kampung yang dikelilingi hamparan sawah dan udara yang jernih, suara lantunan ayat suci dari anak-anak TPA mengalun penuh semangat. Momen ini menjadi lebih istimewa saat satu per satu mereka menerima mushaf Al-Qur’an baru, lengkap dengan senyum lebar yang sulit disembunyikan.
“Alhamdulillah, sekarang saya punya Al-Qur’an sendiri. Jadi bisa lebih sering belajar di rumah juga,” ujar Sari, salah satu santri perempuan dengan wajah berseri-seri. Baginya, mushaf baru itu bukan sekadar kitab, melainkan hadiah yang sangat berharga.
Program ini menjadi bagian dari komitmen LAZ Risalah Charity untuk menjangkau titik-titik yang kerap luput dari perhatian. Sebuah bentuk dakwah dan pelayanan pendidikan Islam yang tidak terhalang jarak maupun kondisi geografis.
“Kami ingin memastikan bahwa anak-anak di pelosok nagari pun mendapat akses yang sama terhadap sarana pendidikan Qur’an. Ini adalah bagian dari tanggung jawab moral dan sosial kami untuk ikut mencetak generasi Qur’ani,” terang Ustadz Zulfauzan, Manager Program LAZ Risalah Charity.
Ia menambahkan bahwa kegiatan ini bukan sekadar distribusi mushaf, tetapi juga upaya membangun semangat dan motivasi belajar para santri. “Kadang kita tidak tahu, satu mushaf yang sampai ke tangan anak ini bisa menjadi titik awal perubahan besar dalam hidupnya,” ujar Zulfauzan.
Masjid Baiturrahman yang menjadi pusat pembelajaran Al-Qur’an di kampung tersebut kini semakin hidup dengan suasana belajar yang semarak. Para pengajar menyambut penuh syukur, sebab selama ini mereka harus berbagi mushaf terbatas untuk banyak anak.
Penyaluran mushaf ini sekaligus menjadi simbol bahwa dakwah Islam tidak hanya bergerak di kota-kota besar, tetapi juga menyapa lembut anak-anak di kampung-kampung terpencil. Mereka yang dahulu hanya mendengar kisah Qur’an dari guru, kini bisa langsung memegang dan membacanya sendiri.
Dukungan para donatur menjadi penopang utama gerakan ini. Tanpa kedermawanan mereka, perjalanan panjang menuju sudut-sudut nagari mungkin tak akan semulus ini. Semoga setiap lembar yang dibaca dari mushaf itu menjadi amal jariyah yang terus mengalir, sebagaimana cahaya Al-Qur’an yang tak pernah padam.









